Pengunjung Blog

Sabtu, 30 Oktober 2010

Bacaan Hari ini, Sabtu, 30 Oktober 2010

Hari Biasa Pekan XXX

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? -- 1Kor 3:16

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, dalam Injil pada hari ini Engkau mengajar dan menunjukkan jalan kehidupan yang harus kami tempuh untuk mencapai kerendahhatian. Engkau mengingatkan bahwa hidup kami tidak diletakkan pada harga diri, penghargaan, dan kekuasaan. Semua itu dapat hilang begitu saja dan kami dapat menderita karenanya. Semoga pengajaran-Mu pada hari ini membuka mata dan hati kami agar mampu meletakkan hidup kami atas kerendahhatian di mana kami menyadari kelemahan kami dan senantiasa bersandar pada-Mu. Bantulah kami selalu agar dalam hidup ini kami selalu percaya pada-Mu, Allah satu-satunya yang sempurna. Buatlah kami puas dengan memiliki Engkau dalam hidup kami ini agar kami tak merasa kekurangan suatu pun. Karena Engkaulah yang kekal dan sempurna untuk selamanya. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:18b-26)
"Bersukacita dalam iman."

Saudara-saudara, aku akan tetap bersukacita, karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1.7-11)
"Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan."

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Kata Yesus, ”Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Apa yang kita cari dalam kehidupan kita? Apa yang sungguh kita usahakan? Apakah kita mencari kesuksesan dan nama baik? kedudukan dan status yang tinggi? Apakah kita mencari popularitas? Jangan sampai sebagai murid-murid Tuhan, kita pun ikut arus dunia yang hanya mengejar kesuksesan pribadi, popularitas, dan kehormatan yang semu.

Semoga kita semua belajar menjadi orang yang rendah hati, mendahulukan orang lain, serta mengusahakan kebaikan bagi sesama. Semoga kita memberi yang terbaik bagi sesama tanpa pamrih dan mencari pujian. Jangan sampai kita mencari kedudukan, bahkan dalam kehidupan kita di tengah-tengah murid Kristus yang lain. Jangan sampai kita menjadikan Gereja tempat mencari status dan kedudukan. Jangan sampai kita lupa menjadi orang yang rendah hati.

Ya Tuhan, ajarilah aku menjadi orang yang rendah hati, yang mendahulukan kepentingan orang lain, yang mengusahakan kesejahteraan bagi sesama. Jauhkanlah diriku dari sikap sombong dan meninggikan diri. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 29 Oktober 2010

Menumbuhkan Cinta yang Mampu Menghargai

Jean Ducuing, direktur sebuah kebun binatang di Pessac, Prancis, memiliki seekor kuda nil bernama Komir yang berusia 26 tahun. Ducuing bersahabat dengan binatang ini sejak binatang ini berusia tiga tahun. Usia Ducuing 62 tahun. Selama 23 tahun, setiap hari, Ducuing bermain-main dengan kuda nil itu. Mereka bermain air bersama. Bahkan Ducuing melakukan guyonan yang keterlaluan. Dia sering memasukkan kepalanya ke mulut binatang yang bermulut lebar itu.

Namun persahabatan yang berlangsung hangat dan mesra itu berubah menjadi tragedi yang mengerikan. Hal itu dimulai, ketika Ducuing membeli sebuah traktor yang dipakainya untuk bekerja di sekeliling kebun binatang itu. “Kami memperhatikan bahwa setiap kali Ducuing mengendarai traktornya, Komir menjadi marah,” kata Jean-Claude Marchais, teman dekan Jean Ducuing. Puncaknya terjadi pada minggu pertama November 1999. Mungkin karena merasa cemburu dengan mainan baru Ducuing, yaitu traktor, kuda nil itu melompati pagar listrik yang mengelilingi kandangnya. Ia kemudian mengunyah sahabat kentalnya itu sampai mati.

“Inilah kisah cinta yang berakhir dengan buruk,” kata Marchais.

Cinta yang berlebihan ternyata menumbuhkan kecemburuan. Ini cinta yang posesif. Cinta yang egois. Tentu orang tidak akan menyalahkan begitu saja kuda nil itu. Karena itulah naluri kebinatangannya yang tidak mau perhatian terhadapnya diambil oleh sesuatu yang lain.

Namun kalau cinta manusia terhadap sesama dikuasai oleh cinta yang posesif, manusia hanya akan terbenam dalam egoisme. Manusia dikuasai oleh rasa keinginan pribadinya yang begitu kuat untuk memiliki yang lain. Kecemburuan dan iri hati sering menyertai orang seperti ini. Ia bisa berbuat nekat, kalau cintanya untuk menguasai orang lain dihalang-halangi. Tragedi menyedihkan bisa saja terjadi. Banyak kisah cinta yang berakhir dengan tragedi kematian orang lain.

Dear all, ...tentu kita ingin mengembangkan suatu cinta yang lebih luas. Suatu cinta yang peduli terhadap hidup orang lain. Suatu cinta yang menghargai orang yang dicintai sebagai pribadi yang memiliki kebebasan dalam mengekspresikan cintanya.

Dear all,..Kalau kita mampu mengembangkan cinta yang tidak egois, kita akan dapat menjadi sahabat bagi banyak orang di sekitar kita. Cinta seperti ini akan bertahan lama. Cinta seperti ini tidak lekang oleh pengaruh jaman. Cinta seperti ini tidak terpengaruh oleh berbagai cobaan di sekitarnya.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **

Mendalami Kitab Tobit

Kitab Tobit merupakan salah satu kitab yang termasuk di dalam kanon Alkitab yang diakui oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Pada umumnya diyakini bahwa kitab abad kedua Sebelum Masehi. Isi Kitab Tobit adalah kisah tentang Tobit dari suku Naftali yang hidup di Ninewe, Ibu Kota Asyur, setelah pembuangan suku Israel Utara pada tahun 721 S.M.

Kitab Tobit bisa dibagi dalam tiga struktur, yaitu :

1. Bab 1-3 merupakan inti dari isi Kitab Tobit

a. Kesaksian Tobit bagaimana ia menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupnya.
Kesalehan dan kebenaran hidupnya terungkap dalam kesetiaannya pergi ke Yerusalem untuk beribadat di Bait Allah, rutin membawa persembahan persepuluhan bagi para imam dan orang miskin, mengambil istri dari kaum keluarganya sendiri dan menjauhkan dirinya dari makanan bangsa asing. Tobit secara istimewa juga memberi kesaksian tentang kebaikan-kebaikan yang ia lakukan terhadap para saudara dan kaum sebangsanya, yaitu : memberi makanannya kepada orang yang lapar, memberi pakaiannya kepada orang yang telanjang, menguburkan mayat-mayat yang terlantar, dan mengundang orang-orang miskin makan bersamanya.

Jalan kebenaran dan kesalehan yang ditempuh Tobit adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Musa : “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan” (Mazmur 119:1).

b. Yang didapatkan Tobit : Penderitaan.

  1. Ia melarikan diri karena akan dibunuh oleh Raja Sanherib (1:19).
  2. Seluruh harta bendanya disita, kecuali istrinya Hana dan anaknya, Tobia (1:20)
  3. Ia menjadi buta (2:10). Akibatnya (2:11-14) Hana, istrinya, yang bekerja untuk memenuhi keluarganya. Ia menjadi curiga bahwa istrinya telah mencuri kambing. Kecurigaannya membuat istrinya marah.

c. Penderitaan itu membuat Tobit sedih, mengeluh, dan menangis.
Penderitaan Tobit begitu berat sehingga mau mati saja. Namun, ia menyampaikan kelah kesahnya dalam doa (3:1-6).

d. Sara anak Raguel dalam waktu yang sama juga menderita (3:7-15).

Penderitaan Sara : Kenistaannya adalah ia sudah diperistrikan kepada tujuh laki-laki, tetapi mereka meninggal sebelum melakukan sesuatu sebagaimana pantasnya suami bagi istrinya. Ia begitu menderita dengan nista itu sehingga ia ingin menggantung diri (3:10). Namun, Sara akhirnya membawa keluhannya ke dalam doa. Penderitaan Sara ditulis dalam bab 3 karena melalui Sara, Tobit dan keluarganya dipulihkan.

e. Doa Tobit dan Sara dikabulkan Allah dengan mengutus Malaikat Rafael yang menyamar menjadi manusia. Mata Tobit disembuhkan dengan hati dan jantung ikan raksasa, sedangkan Sara dilepaskan dari setan dengan empedu dari ikan yang sama.

2. Bab 4-12 : ceritera yang menjelaskan peristiwa pertolongan Tuhan kepada Tobit.

3. Penutup Bab 13-14

Lagu Pujian Syukur Tobit yang menyatakan sukacitanya (Bab 13). Isinya :Tobit memuji Allah Yang Hidup dan mewartakan kebesaran-Nya. Tobit yakin bahwa Allah akan berbalik kepada orang-orang yang bertobat. Allah akan menggembirakan orang-orang yang bertobat dengan memberikan berkat, yaitu damai sejahtera . Tobit meminta Tobia dan keluarganya meninggalkan Niniwe sebelum kota itu dihancurkan (Bab 14)

Pelajaran yang kita dapat dari Kisah Tobit adalah kita hendaknya membawa segala persoalan hidup, khususnya persoalan di dalam keluarga di dalam doa. Allah pasti memberikan pertolongan kepada melalui malaikat-malaikatnya. Karena itu, marilah kita menjadikan Sabda Tuhan dan Doa keluarga sebagai sumber kekuatan kita. Tuhan memberkati.


oleh Romo Felix Supranto, SSCC
Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk

Bacaan Hari ini Jumat, 29 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya -- Yesaya 32.17

Doa Renungan
Tuhan Yesus, kami terkadang melupakan banyak hal yang lebih penting karena terlalu terpaku pada peraturan-peraturan yang kaku. Bahkan kami pun tidak menyadari bahwa sebenarnya kami tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh peraturan itu. Bantulah kami hari ini agar semakin mengerti apa yang terbaik yang harus kami lakukan. Sebab Engkaulah pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Salam, ucapan syukur dan permohonan merupakan bentuk normatif surat pada waktu itu. Namun ketika Santo Paulus menempatkan semua itu dalam pribadi Kristus, bobot dan maknanya menjadi lebih berkualitas. Di dalam Kristus, umat di Filipi diharapkan mampu memilih yang baik agar kesuciannya terpancar saat kedatangan Kristus. Itulah pujian sejati kepada Allah.

Baik pengalaman dipenjarakan maupun pengalaman dalam kegembiraan bersama umat menjadikan Paulus tegar dalam memperjuangkan nilai-nilai iman Kristiani.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:1-11)
"Allah telah memulai karya baik di antaramu; Dia akan melanjutkannya sampai akhir pada hari Kristus Yesus."

Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi beserta para penilik jemaat dan diakon. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allh, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kalian. Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kalian. Dan setiap kali aku berdoa untuk kalian semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan kalian dalam Berita Injil dari hari pertama hingga sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, bahwa Dia yang telah memulai karya baik di antaramu, akan melanjutkannya sampai akhir pada hari Kristus Yesus. Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian tentang kalian semua, sebab kalian ada dalam hatiku. Kalian semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan berita Injil. Sebab Allahlah saksikubetapa dengan kasih mesra Kristus Yesus aku merindukan kalian. Dan inilah doaku: Semoga kasihmu semakin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. Dengan demikian kalian dapat memilih yang baik, agar kalian suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus. Semoga kalian dipenuhi dengan buah kebenaran oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.
Demikianlah sabda Tuhan

Sabat adalah hari istirahat agar umat memiliki kesempatan khusus untuk memuji Allah. Pujian yang otentik terungkap dalam tindakan, bukan hanya kata-kata. Maka, melakukan perbuatan baik adalah hakikat Sabat, Apalagi jika perbuatan baik itu benar-benar dibutuhkan oleh orang yang menderita. Hari ini Yesus mengembalikan Sabat pada maksudnya yang terdalam.

Kebaikan Allah yang tak terbatas tidak mungkin dibatasi oleh kelemahan manusia. Orang sakit dan lemah selalu mendapat tempat di hati Allah. Penderitaan diubah-Nya menjadi jalan penyelamatan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1-6)
"Siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur tidak segera menariknya keluar meski pada hari Sabat?"
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan Yesus. Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Tetapi mereka semua diam saja. Lalu Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, "Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya ke luar, meski pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Renungan
Bagi Yesus, Sabat adalah hari istirahat sekaligus saat untuk berbuat. Sebagai hari istirahat, Sabat dimaksudkan untuk memuji Allah. Hari ini kita belajar dari Yesus, bahwa pujian sejati kepada Allah justru harus diwujudkan dalam perbuatan baik. Prinsipnya sederhana: Jika yang kita lakukan baik, itu akan menjadi ‘pujian hidup’ bagi Allah. Perbuatan baik melampaui nilai aturan, juga bagi hukum hari Sabat.

Janganlah marah kawan !!

Dear all.. di Pontianak untuk memancing kepiting menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, di ujung lain tali itu mereka mengikat sebuah batu kecil. Lalu mereka mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju kepiting yang sedang diincar. Mereka mengganggu kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar kepiting marah. Kalau usaha itu berhasil, maka kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram. Capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat, sehingga mereka leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor kepiting gemuk yang sedang marah.

Mereka tinggal mengayun perlahan bambu, agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah di isi dengan air mendidih. Dicelupkannya kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut. Seketika kepiting melepaskan gigitan dan tubuhnya menjadi merah. Tidak lama kemudian mereka bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat. Kepiting itu menjadi korban santapan mereka karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang mereka lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.”

Dear all,... banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena marah. Mengapa orang menjadi marah? Mungkin inilah pertanyaan yang paling mendasar yang mesti dijawab oleh setiap orang.

Ada banyak alasan orang menjadi marah. Namun satu hal yang dapat dikatakan adalah orang menjadi marah, karena orang mudah dikuasai oleh emosinya. Emosi yang membara dapat membuat orang gelap mata. Orang tidak tahu lagi apa yang dihadapi. Orang hanya memuaskan emosinya yang biasanya bersifat sesaat itu.

Untuk itu, orang mesti berani mengendalikan emosinya. Orang mesti berusaha sekuat tenaga untuk membiarkan emosinya mengalir perlahan hingga menjadi dingin. Tidak mudah terbakar oleh emosi yang bersifat sesaat itu. Kalau orang bersikap seperti ini, orang menemukan damai dan bahagia dalam hidupnya. Orang akan merasakan bahwa hidup ini semakin indah dan berguna bagi orang lain.

Mari kita berusaha untuk mengendalikan emosi kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi aman dan tenteram. Kita dapat membangun suatu hidup yang lebih baik dengan Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **

Kamis, 28 Oktober 2010

Menyambut Sesama dengan Tulus

Ada seorang teman yang selalu memperlakukan sesamanya dengan sangat baik. Ia selalu menyapa mereka dengan sapaan yang meneduhkan hati. Meskipun pagi hari ia sudah menyapa temannya, ia akan menyapa lagi begitu ia berjumpa lagi dengannya. Ia membiarkan senyumnya mengawali hari-hari hidupnya. Dengan begitu, ia berharap orang yang disapanya itu akan menemukan kegembiraan pada hari itu.

Tentang hal ini, ia berkata, ”Saya ingin hidup ini menjadi bermakna. Saya ingin setiap orang menemukan sukacita dalam hidupnya. Saya tidak ingin ada orang yang hidup di dekat saya selalu menggerutu tentang hidupnya.”

Untuk itu, teman saya itu juga mengorbankan waktu-waktu luangnya untuk mengunjungi sahabat-sahabatnya. Ia tidak memilih-milih sahabat mana yang dia kunjungi. Baginya, setiap orang itu sama. Setiap orang membutuhkan perhatian yang sama. Karena itu, setiap tetangganya ia kunjungi.

Reaksi dari tetangganya sangat simpatik terhadap apa yang dilakukan oleh teman saya itu. Mereka merasa bahwa ada orang yang begitu peduli terhadap hidup mereka. Ada orang yang mengorbankan waktunya untuk mau menyapa sesamanya. Hidup mereka menjadi indah. Begitu bermakna.

Sahabat, kita sering menganggap diri kita adalah orang baik. Akibatnya, kita menunggu orang lain untuk menyapa kita. Kita menunggu orang lain memberikan perhatian kepada kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan sukacita dalam hidup ini.

Ada orang yang mau menerima sesamanya dengan hati terbuka, ketika sesamanya itu memiliki kekayaan. Atau paling tidak penampilannya menggiurkan hati. Ia hanya mau menerima orang yang bungkus luarnya indah dan menarik. Misalnya, orang yang mengunjunginya itu pakai mobil mewah merek terbaru. Kalau sampai orang yang mendatanginya itu berpakaian compang-camping yang hanya menggunakan kendaraan sederhana, ia akan menolaknya.

Ini yang disebut dengan pilih-pilih orang. Padahal Tuhan menciptakan semua orang itu sama. Tuhan telah memberi harkat dan martabat yang sama. Bungkus luar yang bagus, indah dan menawan itu belum tentu sama dengan isinya. Bisa saja bungkus luar yang mempesona itu hanya suatu kamuflase. Bukankah manusia pandai berkamuflase, agar orang dapat menerima dirinya dengan baik?

Dear all..kita diharapkan menerima siapa saja yang datang kepada kita. Jadilah orang yang tidak memilih-milih teman dalam hidupnya. Jadilah orang tidak menyingkirkan sesamanya yang kurang menawan dan yang miskin. Jadilah orang itu selalu menyambut kedatangan setiap orang ke dalam hidupnya.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan menerima kehadiran semua orang, kita akan dapat membahagiakan sesama. Kebahagiaan itu mesti tumbuh dari diri kita sendiri. Kebahagiaan itu mesti diciptakan dari hati yang tulus dan jujur. Hanya dengan cara demikian, dunia ini akan menjadi tempat yang aman dan damai bagi hidup manusia. Tuhan memberkati. **

Bacaan Hari ini, Kamis, 28-10-2010

Bacaan I: Ef 2:19-22
Mazmur : 19:2-3.4-5; R: 5a
Bacaan Injil : Luk 6:12-19

"Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul"(Luk 6:12-19)

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya."(Luk 6:12-19)
Saudara-saudari yang terkasih Dalam Nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Di kisahkan,ada seorang pemuda yang sangat jahat.Di kampungnya,pemuda ini terkenal pembuat rusuh dan keonaran.Kerjanya hanya mabuk dan mabuk.Tidak pernah sekalipun ia berdoa ataupun pergi ke gereja.

Selidik punya selidik,ternyata pemuda ini menyimpan amarah terhadap Tuhan,karena adik satu-satunya di ambil Tuhan dalam sebuah kecelakaan maut di Jalur Pantura.Sejak kejadian itu,pemuda ini jadi mulai menjauhi Tuhan.Padahal dahulunya,ia adalah seorang Lektor yang aktif yang sangat di sukai umat dan pastur paroki.

Suatu saat,kampungya kedatangan seorang pastur baru.Entah kenapa,cara hidup,tutur kata serta perbuatan sang pastur baru ini,menarik perhatiannya.Perlahan pemuda ini mulai membuka dirinya lagi dan mulai aktif dalam kegiatan gereja.Ia merasa bagaikan domba yang hilang yang kini sudah di temukan lagi.Bahkan pemuda ini sekarang atas anjuran sang pastur,mau menjadi Imam.

Saudara-saudari yang terkasih,

Yesus memanggil orang-orang yang lalu di sebutNya rasul.Yesus "memilih",itu artinya di antara ke dua belas orang,masih banyak yang lainnya.Dan mengapa Yesus memilih kedua belas orang itu?Pasti Yesus punya alasan tertentu memilih orang-orang itu.Begitu pula dengan kita,Yesus memilih kita di antara banyak orang.Pernahkah kita bertanya,"Mengapa kita bisa terpilih?"Apakah Tuhan sungguh mengenal kita secara mendalam?Kalaupun Yesus mengenal kita luar dalam,pasti Yesus tahu hal-hal yang buruk dalam diri kita.Tetapi mengapa Yesus tetap memilih kita?Jawabnya adalah,"Itulah baiknya Yesus."

marilah berdoa:Tuhan,sadarkanlah aku untuk selalu menyadari kebaikanMu yang telah menjadikanku "orang istimewa-Mu".Amin

"hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya."(Mzm 19:2-3,4-5)

sumber:ziarah batin 2010 dan Oase rohani

salam hangat,
A.M.Adi Normawan

Rabu, 27 Oktober 2010

Mengatasi Depresi dengan Iman

Akhir-akhir ini di media massa banyak berita tentang bunuh diri di Indonesia, yang tampaknya banyak dipicu oleh masalah himpitan ekonomi. Baik dilakukan oleh anak-anak yang tidak bisa menyediakan uang seperti diminta oleh gurunya, maupun oleh ibu yang membunuh anak-anaknya sebelum akhirnya ia membunuh dirinya sendiri. (Red) Di negara besar seperti Amerika Serikat dapat diperkirakan bahwa setiap tahun sekitar 15 juta warga akan sakit depresi.

Pada abad ke-empat dan ke-lima sesudah Yesus para ahli hidup rohani mengajar bahwa depresi itu adalah dosa, yaitu dosa KESEDIHAN, atau kemuraman. Dosa kesedihan itu tercatat sebagai salah satu di antara tujuh dosa yang mematikan iman. Pada abad ke-tujuhbelas KESEDIHAN dicabut dari daftar dosa yang mematikan, dan diganti dengan dosa KEMALASAN (Sloth). Siapa yang pernah mengalami sendiri, atau pernah mengobservasi orang yang sakit depresi tahu bahwa orang yang sedang menderita depresi sering merasa lemas dan malas.

Pada abad keduapuluh ilmu psikologi modern menolong kita untuk mengerti bahwa masalah-masalah kesedihan dan keputusasaan tadi bukan dosa melainkan penyakit yang akhirnya diberi nama depresi. Bunuh diri adalah muara dari depresi.
***
Ada beberapa jenis depresi dan respons terhadap obat berbeda-beda. Ada orang yang perlu ditolong oleh amper segala jenis obat yang ada, ada yang cukup dibantu oleh beberapa jenis saja. Ada juga yang mengalami efek samping pada beberapa jenis obat depresi sehingga pemakaiannya harus dihindari. Namun 15-20% penderita tidak tertolong oleh obat apa pun.

Orang yang sakit depresi ingin sembuh, dan ingin segera sembuh. “Saya tidak mau bahwa apa yang terjadi kepada Ibu dan Paman saya terjadi juga kepadaku. Mereka begitu diliputi kegelapan sehingga akhirnya mengira bahwa satu-satunya jalan keluar adalah dengan membunuh diri.”

Oleh karena itu sambil tersungkur di depan kaki-Nya saya memohon kepada Tuhan supaya sembuh. Tetapi sering kali saya bangkit berdiri dengan tangan kosong, marah, kecewa dan kecil hati. Percaya akan sesuatu yang tak kelihatan, yang adalah definisi iman, sudah cukup sulit waktu syaraf-syaraf masih sehat dan berfungsi dengan baik. Tetapi saat keseimbangan kimia otak terganggu, penderita dikuasai oleh rasa cemas, dan percaya menjadi masalah. Pikiran dihantui oleh pertanyaan: “Di mana Allahmu?”

Hasil beberapa penelitian ilmiah menunjukkan bahwa doa dapat membantu mengurangi depresi. Meskipun demikian sering sulit bagi orang yang sedang mengalami kecemasan depresi untuk mengakses imannya, sekalipun ia percaya sejak kecil.
***
Richard Rice, 64 tahun, mengalami depresi berat sampai tiga kali selama tigapuluh tahun belakangan ini. Tiga dekade yang lalu ia jatuh sakit setelah pulang dari India ketika ia bekerja sebagai misionaris awam di kota Kalkuta.

“Ada benarnya apa yang dimaksud pepatah yang berbunyi: ‘depresi adalah rasa marah yang dialihkan kembali diri sendiri,’ kata Rice, yang sejak 35 tahun menjadi direktur perkembangan rohani di sebuah rumah retret di Wayzata, Minnesota. “Saya menjadi marah pada Allah karena Kalkuta. Pada suatu saat setelah pulang dari Kalkuta saya sedang bermain ski dan jatuh di lereng bukit. Saya berteriak: “Persetan! Saya tidak bisa pergi kepada siapa pun juga kecuali datang kepada-Mu. Meskipun saya tidak melihat satu tanda pun bahwa Engkau peduli , aku tetap percaya!” Ketika saya melompat ke dalam kegelapan seperti itu saya ditangkap oleh Allah, dan saya mengalami suatu Allah yang lebih dalam dibanding dengan Allah yang kukenal selama ini.”

Kathy Neal, penulis lepas (freelance) dari Little Rock, Arkansas, mempunyai pengalaman serupa. Pada umur 18 tahun ia menjadi katolik, tetapi sejak masa muda ia menderita depresi. Imannya tidak pernah lenyap tetapi ia merasa terpaksa menyesuaikan prakek iman dengan penyakitnya.

“Jangan salah tangkap!” katanya. “Saya mencinta Gereja Katolik dan segala ibadatnya. Tetapi karena depresi saya cenderung mengasingkan diri dari orang lain. Dalam pengasingan pribadi itu saya berusaha menjalin relasi dengan Tuhan secara lebih pribadi. Karena sering tidak mempunyai kekuatan untuk berangkat ke gereja saya telah minta supaya gambar Hati Kudus Yesus ditahtakan di rumah saya. Saya merasa bahwa Yesus di sini bersamaKu di rumah. Karena menjadi begitu dekat dengan Yesus maka sekarang lebih mudah bagi saya untuk bertahan.

Pada abad ketujuhbelas Santo Ignatius dari Loyola, pendiri Serikat Yesus (SJ) memperingatkan para pengikutnya tentang KESEDIHAN-KESEDIHAN (desolations). Saat-saat kesedihan dapat membawa seseorang kepada keadaan bahwa ia tidak lagi percaya, membiarkannya tanpa harapan dan cinta kasih. Ia menjadi lesu, tanpa gairah, tanpa semangat dan tidak bahagia, dan merasa jauh dari Tuhan Sang Pencipta.

“Bagi saya,” kata Neal, “depresi berarti saya kehilangan iman dan harapan. Tetapi bukan itu saja. Waktu saya dapresi saya tidak bisa ingat lagi bahwa iman dan harapan itu pernah ada. Apakah saya pernah mencintai seseorang? Apakah saya pernah mempunyai alasan untuk hidup? Teman-teman berusaha menghibur saya dengan cerita tentang Santo Yohanes dari Salib yang menulis tentang ‘Malam Gelap’ yang pernah dialaminya; atau Santa Theresa dari Lisieux yang berulang kali jatuh ke dalam depresi, tapi bagi saya, kesadaran bahwa ada santo dan santa yang pernah menjadi ‘gila’ tidak banyak menolong saya.”

KEMENANGAN-KEMENANGAN KECIL.

Tara Dix Osborne, yang baru berumur 30 tahun, sudah sering mengalami depresi. Bagi dia iman adalah keputusan yang harus diambil kembali setiap saat. Menurut pengarang yang tinggal di Chicago itu, “orang yang sakit depresi harus memilih dan memutuskan untuk percaya akan Allah, sekalipun keputusan itu perlu diulang setiap menit. Dengan demikian setiap menit menjadi kemenangan kecil atas keputusasaan.”

Pada tahun 2003 Paus Yohanes Paulus II alm, dalam amanatnya kepada peserta kongres pelayanan kesehatan mengenai depresi, menganjurkan para Pastor dan Umat untuk mengulurkan tangan kepada saudara-saudara seiman yang menderita depresi, serta menolong mereka memperoleh kembali rasa yakin akan kebaikan Allah. Menurut para ahli penyakit jiwa, tepatlah nasehat Sri Paus tersebut.

“Di sekitar orang-orang yang aktif di gereja, bisanya terdapat sekelompok teman di sekitar mereka sehingga mereka dapat menerima dukungan,” kata Lawrence Cronin – seorang psikiater Katolik dari Tucson, Arizona. “Sayangnya banyak penderita depresi tersisih dari pergaulan dan menyendiri, sehingga tidak lagi ada teman yang bisa menolong mereka. Sepertinya mereka tidak ditangkap oleh jaringan cinta kasih umat.”

“Tanpa bantuan teman-teman komunitas paroki saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan bertahan waktu saya jatuh ke dalam keputusasaan depresi itu. Lebih dari sekali seorang teman menyatakan kesediaannya menjadi “pendoa pengganti” atau pengganti saya sementara dalam hubungan saya dengan Allah selama iman saya turun menjadi lemah. Saya banyak dibantu oleh pembimbing rohani saya – seorang Pastor SJ yang juga ilmuwan – supaya saya tetap realistis. Karena waktu saya depresi, jarak antara sikap “Hidup itu baik” dan sikap “Seharusnya saya sudah mati!” tinggal satu atau dua langkah saja. Dikuasai oleh kesedihan saya melihat diri saya sebagai manusia yang tak berguna, malas, bodoh dan berdosa. Pikiran-pikiran seperti ini bergilir berputar di benak saya seperti seekor tikus pencobaan di dalam permainan kincir riam. Pastor Pembimbing selalu mengingatkan saya binatang itu tidak ada, tetapi Allah ada.

Mengalami Allah melalui iman orang lain sangat penting bagi orang yang sedang depresi. Teman-teman yang percaya bisa mempengaruhi proporsi iman-kepercayaan rendah / keputusasaan tinggi dan menolong mereka untuk yakin kembali bahwa keadaannya akan lebih baik.

“Saya percaya bahwa Allah mengutus orang-orang tertentu yang bersikap seperti Kristus kepada kita untuk menolong kita waktu kita sudah jatuh ke dalam keputusasaan yang mendalam.” Kata Peggy Schneider, seorang ibu rumah tangga dari Tucson yang sejak hampir sepuluh tahun menderita depresi. “Masih ada stigma tentang depresi dalam masyarakat kita. Jika kita mempunyai kenalan yang akan memberikan penghiburan– terutama orang yang pernah mengalami depresi sendiri – kita ditolong untuk bertahan pada hari-hari yang sulit. Tetapi bagi mereka yang karena depresi menjauhkan diri dari teman-teman pun iman tetap dapat menolong.

Salah satu studi terbaru tentang pengaruh iman dengan kepercayaan diterbitkan dalam majalah The American Journal of Psychiatry, bulan April 2005. Selama ating satu tahum Harold Koenig, peneliti dari Universitas Duke, meneliti pasien-pasien yang mengalami depresi setelah setelah menjalani rawat inap karena serangan jantung, stroke atau sakit berat yang lain. Ia menemukan bahwamakin kuat iman seorang pasien, makin cepat ia sembuh dan depresi. Sebagai tolok ukur Koenig memakai apa yang ia namakan “religiositas batin” (instrinsic religiosity) seseorang. Bagi dia instrinsic religiosity adalah komitmen agama yang bersumber dari dalam diri orangnya sendiri, yang berhubungan dengan, tetapi berbeda daripada kegiatan agama dan praktek doa atau meditasi.” Pokoknya religiositas batin seseorang membantu mereka keluar dari depresi. Ia menemukan bahwa untuk setiap angka naiknya ukuran instrinsic religiosity itu kecepatan penyembuhan pasien naik 70%.

Osborne mengatakan bahwa pengalaman pribadinya menguatkan hasil penelitian tersebut. “Saya dibesarkan dalam keluarga dengan kebiasaan berdoa bersama dan orang tua melatih dan mendorong anak-anak untuk berdoa secara pribadi. Hubungan dengan Allah yang telah berkembang di hati saya menolong saya untuk bertahan. Meskipun demikian terdapat saat-saat bahwa saya merasa ditinggalkan oleh Allah. Tetapi dalam hati saya mengatakan kepada diri sendiri bahwa nanti saya akan kembali merasa dekat dengan-Nya. Dalam hati saya yakin bahwa akan demikian, saya merasa keyakinan itu tidak akan ada di hatiku, kalau saya tidak beriman.”

Ini tidak berarti bahwa iman adalah obat yang bisa menyembuhkan segala-galanya. Siapa saja yang pernah mencoba menyembuhkan dari depresi dengan bantuan Kitab Suci tahu bahwa memang demikian. Kadang-kadang efeknya justru tidak menguntungkan. “Ada orang beriman yang agak kaku, pikirannya terlalu terfokus kepada dirinya sendiri, mereka keras, juga terhadap dirinya sendiri, dan tidak mau mengampuni siapapun termasuk dirinya sendiri. Maka seperti siapa pun, mereka bisa menjadi penderita penyakit angan-angan (delusi), sehingga mulai memikirkan hal-hal seperti, misalnya, ‘Allah menghendaki saya mati.’ Itulah sebabnya iman yang dibutuhkan adalah iman yang bersifat positif dan optimis, bukan yang cenderung menghukum.”

Langkah maju yang sangat penting bagi orang yang sakit depresi adalah mengubah gambarannya akan Allah dari ‘Allah yang menghukum’ menjadi ‘Allah adalah Cinta Kasih.’ Saya berusaha sebelum akhirnya saya bisa menerima bahwa Allah tetap mencinta saya pun waktu saya marah. Sekarang memeriaki Allah menjadi hal yang biasa. Penderitaan depresi yang paling buruk yang pernah saya alami ating pada bulan April 2006 setelah saya pulang dari kunjungan Singapura. Saya belum mengerti sebabnya tetapi saya pulang dengan kenyakinan bahwa Allah tidak ada. Merasa dirinya tidak didengarkan oleh Allah sudah berat: tetapi berpikir bahwa Allah tidak ada lebih berat lagi.

Secepatnya saya minta janji konsultasi dengan psikiater saya. Di ruang konsultasinya dalam waktu kurang dari sepuluh menit, saya menghabiskan satu dos tisu. Beliau kelihatan bingung. Pada konsultasi terakhir dua bulan sebelumnya saya kelihatan baik. “Apa yang terjadi?” ia bertanya. “Saya tidak tahu!” kujawab, “tetapi saya merasa bahwa saya tidak percaya kepada Allah lagi!”

Daniel memandang saya sebentar, kemudian ia berbuat sesuatu yang tidak biasa baginya : ia mengesampingkan tatacara sebagai dokter yang selalu mengikuti prosedur profesional dan membiarkan muncul bagian dirinya yang bersifat bersaudara, teman seiman keluar. “Tidak apa-apa” jawabnya, “Karena Allah tetap percaya akan kamu!”
***

Akhirnya penderita depresi diselamatkan, bukan dengan bantuan dokter atau bermacam-macam obat, meskipun keduanya sering perlu. Bukan juga oleh kepercayaan naif bahwa “iman sempurna menyembuhkan.” Perbedaan antara orang beriman yang berkembang kendatipun mengalami depresi dengan mereka yang tidak adalah suatu hal lain., yaitu bahwa mereka berusaha keras untuk melihat hidup mereka itu – pun hidup penuh penderitaan – sebagai karunia. Dengan sikap itu mereka makin dekat kepada Cinta Ilahi yang percaya akan kita semua.

Renée Schafer Horton., Kolumnis

SPIRITUALITY NCR 061215 SUPPL.

Bacaan Hari Ini, Rabu, 27 Oktober 2010

Rabu, 27 Oktober 2010-Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu(Luk 13:22-30)

St. Frumensius
Bacaan I : Ef 6:1-9
Mazmur : 145:10-11.12-13ab.13cd-14; R:13c
Bacaan Injil : Luk 13:22-30

"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu"
(Luk 13:22-30)

"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamat­kan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ”Berjuanglah untuk masuk me­lalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”(Luk 13:22-30)
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Di kisahkan ada seorang suami yang sudah 15 tahun membina kehidupan rumah tangga.Dalam kurun waktu 15 tahun,pasangan ini di karuniai 2 orang anak yang sangat lucu.Di lingkungan sekitar,keluarga ini di kenal aktif dalam kegiatan gereja.Si Bapak menjadi prodiakon,Si Ibu menjadi anggota koor aktif di wilayah.Sedangkan anak-anak mereka menjadi misdinar.

Suatu saat,Sang Bapak mendapat kesempatan dari kantornya untuk sekolah lagi di Inggris selama 1 tahun.Kesempatan ini tentu saja tidak di sia-siakan.Namun apa yang terjadi,di Inggris,ternyata dia bertemu dengan cinta pertamanya waktu SMU.Kisah cinta mereka berlanjut hingga kembali ke Indonesia.

Sang bapak yang dahulunya aktif di gereja,perlahan mulai menghilang.Ia juga sudah mulai jarang pulang ke rumah.Semua kehidupannya di fokuskan pada wanita yang pernah menjadi cinta pertamanya dahulu.

Beberapa kali sang bapak di datangi oleh anggota Legio,teman sesama prodiakon bahkan pastor paroki agar ia kembali ke keluarganya.Namun sang bapak berhati batu dan mengindahkan semua nasehat yang pernah di sampaikan kepadanya.Ia lebih memilih pintu yang lebar di banding pintu yang sempit.

Saudara-saudari yang terkasih,

Ada seorang yang bertanya kepada Tuhan: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, ”Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!”

Sebenarnya Tuhan ingin menyelamatkan semua orang. Tuhan memberi kesempatan seluas-luasnya dengan terus-menerus memberikan pengampunan kepada manusia. Tuhan mengutus para nabi, para rasul, dan banyak orang lain dalam kehidupan kita untuk menunjukkan jalan keselamatan. Tuhan menegur kita, mengingatkan kita, memberi kita semangat agar kita berjuang dalam jalan cinta kasih untuk mengalami keselamatan.

Apakah manusia sungguh berjuang untuk mengalami keselamatan? Dengan cara apakah kita seharusnya berjuang di jalan keselamatan? Jangan sampai kita melakukan kejahatan. Tidak cukup kita hanya meminta-minta kepada Tuhan tanpa melakukan kebaikan. Tidak cukup kita hanya mengaku anak-anak Tuhan, tapi tidak hidup seperti anak-anak Tuhan. Semoga kita sungguh berjuang untuk mengalami keselamatan sebagai anak-anak Tuhan yang melakukan kebaikan. Bukan hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi juga memperjuangkan keselamatan bagi semua orang.

marilah berdoa:Ya Tuhan, berilah aku semangat untuk hidup sebagai anak-anak-Mu dalam kebaikan, keadilan, dan cinta kasih. Bimbinglah aku di jalan menuju keselamatan yang sejati.Amin


"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu,untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu.Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk."(Mzm 128:1-2,3,4-5)

sumber:ziarah batin 2010 dan Oase rohani
salam hangat, A.M.Adi Normawan

Selasa, 26 Oktober 2010

Bacaan Hari Ini, Selasa, 26 Oktober 2007

-Menghadirkan Kerajaan Allah( Luk 13:18-21)

St. Lucianus dan Marcianus
Bacaan I: Ef 5:21-33
Mazmur : 128:1-5; R:1a
Bacaan Injil : Luk 13:18-21

"Maka kata Yesus: ”Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: ”Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”(Luk 13:18-21)
Saudara-saudari yang terkasih dalam Nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Di kisahkan ada seorang pemuda yang sangat aktif di lingkungan gereja.Sebut saja nama pemuda ini Roy.Setiap hari ada saja kegiatannya.Mulai dari lektor,koor,rapat mudika,rosario wilayah dan lain-lain.Semua orang kagum padanya,dan mengganggap ia sebagai orang yang saleh.Ia mempunyai pemikiran bahwa Kerajaan Allah harus senantiasa di hadirkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena kesalehannya,ada seorang gadis yang berusaha mendekati dirinya.Namun entah kenapa,Roy menolak.Karena gadis itu bukan typenya.Namun ternyata gadis ini pantang menyerah.Setiap ada kegiatan yang di hadiri Roy,gadis ini selalu ikut.Lama-lama Roy merasa risih dan bilang:"Heh,kan dah gue bilang,gue ga suka ma loe..ngaca donk loe!!"
Apa yang di perbuat Roy,jauh dari menghadirkan Kerajaan Allah.Ia justru merusak kehadiran Kerajaan Allah melalui sikapnya yang kasar dan jauh dari kasih.

Saudara-saudari yang terkasih,
Bagaimana dengan kita? Apakah kita percaya bahwa Kerajaan Allah itu sungguh ada dan berkembang di dunia? Apakah kita ikut serta menjadi saksi bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh seperti biji sesawi menjadi pohon besar yang menaungi banyak orang? Apa yang kita lakukan agar Kerajaan Allah semakin dialami manusia? Apakah kita telah membawa kegembiraan dan harapan bagi sesama? Apakah kita berusaha saling mengasihi dan mengampuni? Apakah kita selalu berlaku adil? Apakah kita berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah membangun keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, rukun, dan damai? Jangan sampai justru kita yang merusak kehadiran Kerajaan Allah dengan sikap yang jauh dari kasih, adil, dan damai. Jangan sampai justru kita yang menabur benih-benih yang bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, misalnya kebencian, ketidakadilan, dan perpecahan.

marilah berdoa:
Ya Allah, aku bersyukur akan hadir dan berkembangnya Kerajaan-Mu, yaitu Kerajaan kasih, keadilan, dan damai. Izinkanlah aku ikut serta menjadi pelaku bertumbuhnya Kerajaan-Mu di dunia ini.amin


"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,"(Mzm 128:1-2,3,4-5)

sumber:ziarah batin 2010 dan Oase rohani

A.M.Adi Normawan

Senin, 25 Oktober 2010

Inspirasi

Membangun Sikap Pasrah

Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan dari sebuah pasangan yang saling mencintai. Anak itu adalah buah hati mereka satu-satunya. Saat anak tersebut berumur dua tahun, suatu pagi si ayah melihat sebotol obat yang terbuka. Dia terlambat untuk ke kantor, maka dia meminta istrinya untuk menutupnya dan menyimpannya di lemari. Karena kesibukannya di dapur, istrinya sama sekali melupakan hal tersebut.

Anak itu melihat botol itu dan dengan riang memainkannya. Karena tertarik dengan warna obat tersebut, anak itu memakan semua obat yang keras itu. Padahal untuk orang dewasa saja harus meminumnya dengan dosis kecil saja. Sang istri segera membawa si anak ke rumah sakit. Tapi tidak tertolong. Ia merasa ngeri membayangkan bagaimana dia harus menghadapi suaminya.

Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang telah meninggal, dia memandang istrinya dan mengucapkan 3 kata, “Saya Bersamamu, Sayang”.

Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-sangka itu adalah sikap yang proaktif. Si anak sudah meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali. Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri. Lagipula seandainya dia menyempatkan diri untuk menutup dan menyimpan botol tersebut, peristiwa nahas itu tidak akan terjadi. Tidak ada yang perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata wayangnya. Apa yang diperlukan saat ini adalah penghiburan dari sang suami. Tiga kata itulah yang menjadi hiburan yang sangat bernilai tinggi.

Sahabat, manusia sering mencari-cari kesalahan sesamanya. Tidak ada kesalahan pun orang mencari-carinya supaya ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menyalahkan sesamanya. Padahal setiap orang itu pasti punya kesalahan. Tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Kisah tadi menunjukkan kepada kita bahwa mencari-cari kesalahan orang lain itu tidak berguna. Hal itu hanyalah cara untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. Sang suami tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Ia tidak ingin istrinya hidup dalam bayang-bayang kesalahan yang tidak sengaja dibuatnya.

Untuk itu, dibutuhkan suatu sikap pasrah kepada kehendak Tuhan. Orang mesti berani membiarkan kehendak Tuhan terjadi atas hidupnya. Tuhan memang tidak menghendaki hidup orang berakhir secara tragis. Namun adalah fakta bahwa manusia akan menemukan ajalnya di dunia ini. Karena itu, yang dilakukan adalah kita berusaha untuk menghadapi hidup ini dengan hati yang lapang. Untuk itu, kita butuh sikap penyerahan diri yang mendalam kepada Tuhan.

Sebagai orang beriman, kita mesti tetap membangun suatu penyerahan diri ini. Mengapa? Karena sikap inilah yang mampu membantu kita untuk keluar dari setiap kesulitan yang kita hadapi. Kita dapat menemukan kebahagiaan dan damai dalam hidup ini berkat penyerahan diri yang mendalam kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

Bacaan Hari Ini, Senin, 25 Oktober 2010

Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau...(Luk 13:10-17)

Senin, 25 Oktober 2010
St. Yohanes Ston; Sta. Margaretha; St. Gaudensius; St. Krisantus dan Daria
Bacaan I : Ef 4:32–5:8
Mazmur : 1:1-2.3.4.6; R: Ef 5:1
Bacaan Injil : Luk 13:10-17

"Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: ”Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: ”Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: ”Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya."(Luk 13:10-17)
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Pastor Johannes adalah seorang pastor yang murah hati. Ia suka menolong orang yang meminta bantuannya. Namun, sering kali juga ia ditipu. Akan tetapi, hal itu tidak mengurangi kemurahan hati Pastor Johannes untuk menolong orang-orang. ”Biarlah beberapa orang menipu, namun yang sungguh membutuhkan jangan sampai kita tolak,” katanya.

Apakah kita murah hati dalam menolong orang yang membutuhkan bantuan kita? Bila kita ada di paroki atau organisasi, apakah bantuan selalu harus sesuai prosedur? Misalnya, ada yang membutuhkan bantuan, apakah keputusan membantu harus menunggu rapat yang akan datang yang masih lama? Yesus menasihati kita hari ini untuk menolong orang lain dengan tulus hati, bukan karena terikat aturan atau tugas pekerjaan, tetapi lebih karena kewajiban cinta kasih. jangan sampai kita begitu terikat prosedur dan aturan sehingga tidak sanggup memberi pertolongan?

marilah berdoa:Ya Allah, ajarilah aku untuk menolong orang dengan murah hati. Jangan sampai aku menumpulkan hati dengan alasan apa pun. Amin.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

"tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."(Mzm 1:1-3)

sumber:ziarah batin 2010 dan Oase rohani

salam hangat,
A.M.Adi Normawan